ADMINISTRASI PUBLIK UNISMUH MAKASSAR
“Evoluasi Teori Organisasi”
Teori organisasi yang
ada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah proses evolusi. Selama beberapa dekade,
para akademisi dan praktisi dari berbagai latar belakang dan perspektif telah
mengkaji dan menganilisis organisasi-organisasi. Tujuannya adalah bagaimana
kita mengetahui gambaran singkat mengenai kontribusi-kontribusi tersebut serta
untuk menunjukkan bagaimana kita sampai pada keadaan sekarang. Organisasi-organisasi
yang ada pada saat ini mencerminkan suatu pola perkembangan yang kumulatif, pandangan pandangan baru cenderung mencerminkan
keterbatasan dari teori-teori terdahulu.
Mengembangkan sebuah kerangka kerja
Ada beberapa kejadian
penting sebelum abab ke dua puluh. Namun, masalah yang sebenarnya, terletak
pada pengembangan sebuah kerangka kerja
yang secara memuaskan dapat memperlihatkan sifat evolusioner dari teori-teori
organisasi kontemporer.
Dimensi dasar dalam evolusi teori
organisasi
1.
Perspektif sistem
a.
Terbuka, yakni menekankan pentingnya
organisasi memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungannya.
b.
Tertutup, dipandang berdiri sendiri dan
tertutup dengan lingkungannya.
2.
Perspektif tujuan
a.
Rasional, yakni struktur organisasi
sebagai alat mencapai tujuan.
b.
Sosial, yakni struktur merupakan hasil
utama dari kekuasaan.
Evolusi Teori Organisasi Kontemporer
Kerangka waktu
|
1900-1930
|
1930-1960
|
1960-1975
|
1975-?
|
Perspektif sistem
|
Tertutup
|
Tertutup
|
Tertutup
|
Terbuka
|
Perspektif tujuan
|
Rasional
|
Sosial
|
Rasional
|
Sosial
|
Fokus
|
Efisiensi mekanis
|
Orang dan hubungan manusia
|
Desain-desain kontingensi
|
Kekuasaan dan politik
|
Klasifikasi teoretis
|
Tipe 1
|
Tipe 2
|
Tipe 3
|
Tipe 4
|
Kontribusi Awal Evolusi Teori Organisasi
Hanry Ford dan Adam smith telah menyimpulkan bahwa
pembagian kerja dapat mengahsilkan efisiensi ekonomi yang mencolok serta
pembangunan pabrik membutuhkan penciptaan yang terus menerus bdari struktur
organisasi untuk memungkinkan terjadinya proses produksi yang effisien.
A. Teoretikus tipe 1
1.
Frederick Taylor dan Scientific
Management, yakni dengan menggunakan metode ilmiah. Memusatkan perhatian
pada tingkat paling rendah. Terdapat empat prinsip antara lain penggantian
metode untuk menentukan elemen dari pekerja, seleksi dan pelatihan kerja,
kerjasama antara atasan dengan bawahan, pembagian tanggung jawab secara merata.
2.
Henry Fayol dan
Prinsip-prinsip Organisasi, yakni menggunakan pengalamannya bertahun-tahun
sebagai praktisi eksekutif. Memusatkan perhatian pada tingkat manajer. Terdapat
14 prinsip antara lain pembagian kerja, wewenang, disiplin, kesatuan komando,
kesatuan arah, mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi,
remunerasi atau adil dalam pembagian gaji, sentralisasi, rantai saklar, tata
tertib, keadilan, stabilitas masa kerja pegawai, inisiatif, esprit de corps.
3.
Max Weber dan Birokrasi,
yakni dengan pengembangan model structural atau struktur ideal dan lebih
menggambarkan hipotesis dari pada kejadian nyata yang terstruktur.
4.
Ralph Davis dan
Perencanaan Rasional. Perencanaan formal manajemen menentukan tujuan
organisasi kemudian dalam urutan yang logis menentukan pengembangan struktur,
arus wewenang, serta hubungan lain.
B.
Teoretikus tipe 2
1. Elton Mayo dan kajian Hawthorne. Para manajer mempertimbangkan akibat
terhadap kelompok kerja, sikap pegawai, dan hubungan antara manajemen dan
pegawai.
2. Chester Bernard dan sistem kerja sama. Para manajer mengorganisasi di sekitar persyaratan tugas yang harus
dilaksanakan dan kebutuhan dari orang yang akan melaksanakannya.
3. Douglas McGregor dan teori X&Y. Asumsi teori Y lebih disukai dan asumsi itu harus dapat membimbing para
manajer dalam merancang organisasi mereka dan dalam memotivasi pegawai.
4. Warren Bennis dan matinya birokrasi atau yang disebut adokrasi, yakni merupakan alat untuk menjawab perubahan,
membantu inovasi, dan mengkoordinasikan spesialis yang beraneka ragam.
(Robbins, 1994,329) Dimana adanya koordinasi disekitar masalah yang harus
dipecahkan oleh kelompok atau orang yang relative tidal kenal dan mempunyai
berbagai keterampilan professional.
C. Teoretikus tipe 3
1.
Herbert Simon dan serangan terhadap prinsip-prinsip. Teori organisasi perlu melebihi prinsip dangkal dan terlalu disederhanakan
bagi suatu kajian mengenai kondisi yang dibawahnya dapat dditerapkan prinsip
yang saling bersaing.
2.
Perspektif Lingkungan dari Katz dan Khan. Perlunya organisasi
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah jika mereka ingin dapt
bertahan hidup.
3.
Kasus Teknologi. Pentingnya teknologi didalam menentukan
struktur yang paling sesuai.
4.
Kelompok Aston dan besaran organisasi. Besaran (size)
organisasi sebagai sebuah factor penting yang memengaruhi struktur.
D. Teoretikus tipe 4
1. Batas-batas Kognitif Terhadap Rasionalisasi
dari March&Simon. Keterbatasan rasional pengambil
keputusan yang cenderung memiliki alternative yang memuaskan serta mengakui
keberadaan tujuan yang saling bertentangan.
2. Organisasi Pfeffer sebagai Arena Politik. Organisasi dirancang atas penilaian prefensi dan kepentingan dari mereka
yang berada di dalam organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap pengambilan
keputusan mengenai desain tersebut. Pandangan ini yang sekarang sedang digemari.
Simpulan
:
Teori
organisasi modern dimulai dengan karya-karya para teoretikus Tipe 1. Mereka
sangat menggantungkan diri pada prinsip-prinsip yang simplisistik dan universal
dan mengembangkan model organisasi yang terlalu rasional dan mekanistis. Para teoretikus
Tipe 2. Sampai pada tingkat tertentu, mewakili pandangan tandingan terhadap
pandangan rasional-mekanistis tersebut. Fokus kemudian menjauh dari pembagian kerja
dan kekuasaan yang disentralisasi ke arah organisasi yang demokratis. Faktor manusiawi
yang cenderung diperlakukan sebagai sesuatu yang “biasa” dapat diramalkan oleh
para teoretikus Tipe 1, menjadi yang paing utama, sebagai inti dari teori
organisasi pada tahun-tahun antara 1930 dan 1960. Keadaan teori organisasi
dewasa ini lebih mencerminkan kontribusi para teoretikus Tipe 3 dan 4. Para pendukung
pandangan contingency mengambil alih pandangan yang diberikan oleh para
teoretikus sebeumnya dan menyusunnya kembali kedalam konteks situasional.